Seribu Wisata di Kota Batu

"Kami sepakat tetap mencari, yakin bahwa di depan sana pasti ada apa yang kami cari."

Paguwon.
Tak asing ya, nama ini kalian denger?
Tapi beda denganku, aku baru kali pertama nyampek baru pertama kali pula dengernya.  Destinasi wisata yang satu ini, letaknya lumayan jauh juga,  yaitu di Kota Batu. Dan jauh pula dari perkotaan.  Paguwon ini ada di daerah pegunungan, kalau kalian pernah ke Kebun Apel Petik Sendiri itu, masih lurus (entah arahnya kemana.  Hehehe. Tapi menurutku itu ke arah) utara, dan setelah itu banyak belokan,  naik pegunungan tidak terlalu tinggi amat sih,  baru nanti kamu nyampek kalau ada yang minta karcis di suatu posko (jadi kalau tidak ada yang minta karcis jangan berhenti, berarti itu salah. Wkwkwk) yang tempatnya jauh dari keramaian selayaknya kota (soalnya, aku berkunjungnya bukan pas hari libur; hanya saja kami yang libur. Hehe.  Ya, tidak tau dengan hari libur biasanya, ramai atau tidak). Jadi, kalau semisal itu posko gak ketemu-ketemu juga,  kalian bisa nanyak.  Boleh nanyak dulu, atau jalan dulu, kalau kesasar baru nanyak.  Boleh juga. Hehe.

Di Paguwon ternyata tempatnya seperti hutan.  Sesampainya kami disana, ketemu dengan seorang yang berpakaian pengantin dan itu lengkap mempelai pria dan wanita.  Ada juga sang tata riasnya gitu.  Karena kami tidak tau tempat parkirnya, akhirnya nanyak ke sang tata rias, dia cewek loh.  "Maaf, Mas. Saya juga pendatang,  tidak tau," ucapnya pada sopir kami.
Sesuai keyakinan, sopir mensejajarakan parkirnya dengan mobil yang lain, deket warung yang berderetan, dan tepat pula di bawah pohon yang amat besar. Tapi aku gak tau namanya.  Hehe.

Ada dua pintu, sebelah selatan dan utara (itu menurut keyakinanku). Kami masuk sebelah selatan (kanan). Aku baru tau, ternyata di Paguwon banyak tempat yang menarik untuk dijadikan bacground untuk berfoto-foto. Diantaranya, Rumah Terbalik. Diantara kami banyak yang tertarik dengan tempat ini, semata-mata untuk dijadikan foto-foto doang.

Teman yang lain sibuk cari tempat yang menarik. Aku dan Sipul sibuk cari toilet.

Kebayang gak sih? Sejak turun dari Bus.  Kami sudah kebelet pipis.  Cari tempat foto yang menarik sekaligus cari toilet.  Waah...  Kami baru ngerasa sulitnya cari toilet di Paguwon.  Sampek-sampek kami mau memutuskan diri bersembunyi di semak-semak, dan mau melepas kebelet pipis. Tapi itu kami tahan, kami menjaga aib, dan juga najisnya hadas kecil yang tidak boleh disepelekan karena itu akan menimbulkan tidak sahnya shalat.

Kami sepakat tetap mencari, yakin bahwa di depan sana pasti ada apa yang kami cari.  Terus berjalan, ternyata ada juga.  Aku canggung awalnya, apa itu harus bayar ama tempat wisatanya,  apa cuma bayar buang air kecilnya? "Sudahlah,  bayar berapapun aku kasih, gak kuat lagi," batinku.

"Waah....  Enak, cuy," ucap Sipul puas keluarnya dari toilet.  Aku pun sama, tapi tak aku ungkapkan.

"Berapa, Mbak?" tanya temanku itu.
"Dua ribu, Mas," ucap cewek remaja.  Seusia anak SMP kelas tiga.  Cantik sih, karena gak ada lagi.  Hehee..

"Dua ribu, Hend," kata Sipul padaku.
"Udahlah pakek punya kamu, tak ada uang receh,"
"Oke. Dah"

Kami keluar, mencari teman yang lain.  Ketemu.  Ngajak foto ke tempat yang ada toiletnya tadi.  Mereka mau berfoto-foto,  sekaligus mau pipis juga ternyata. Ampun!

Akhirnya aku dan Sipul masuk lagi.  Meski aku udah pipis tadi, ternyata harus bayar juga.  Bayarnya tak seberapa sih, seperti wisata yang lain yang ada di Paguwon. Cuma lima ribu.  Ternyata aku baru temui uang lima ribu di saku jas almamater kampusku.  Wess... Aku masuk dah.

Foto sana sini, pintu tak ada gedungnya, rumah terbalik, dan patung badak buatan, dan masih banyak lagi.  Kami pindah.  Keluar dari pintu masuk yang awal.  Pindah ke pintu masuk satunya (sebelah utara).

Sekarang berbeda, malah masuknya sepuluh ribu rupiah. Hnmzzz..  Sehubung aku berdua dengan Muhsin, akhirnya aku dapet tiket potongan harga minuman di cafe yang ada di tempat tersebut.

Sebagian temanku ada yang sudah nongkrong. Entah mereka nungguin pesenanya atau hanya foto-foto.

Ya, aku nanyak ke mereka soal tiket itu,  "Beli dulu, baru dapat potongan harga. Bukan gratis" awalnya sih aku kira itu gratis.  Tak sadar.

Aku tak lagi mempersoalkan itu, aku kasih ketemenku, dan aku memilih untuk foto-foto.  Memanfaatin sebuah kunjungan untuk diabadikan alias pencitraan.  Hehe...
Pemandangannya sederhana tapi indah.  Banyak tempat yang seru dijadikan foto-foto, apalagi sepeda yang aku tumpangi itu meski tak bisa jalan,  tapi seru. Ada juga kolam,  banyak ikannya.  Aku coba niru-niru model terkenal dengan memegang buku bacaan dan pura-pura baca,  dan nunjuk segerombolan ikan pada temanku.  Ada juga tempat yang manarik simpati, rasa di luar negeri,  atau tempat yang sering aku jumpai di tivi-tivi.  Katakan saja tempat itu miniaturnya. Ya,  sebuah rumah dengan gentingnya panjanga mengerucut dan rumah itu berjejer.  Rumputnya indah.  Rapi.  Sayang.  Sulitnya pakek Camera Cannon untuk dikenak jepret semua.  Mungkin karena lensa yang kami pakek itu jarak jauh, bukan dekat.  Begitulah, hasilnya.

__________
Januari 2020

3 Responses to "Seribu Wisata di Kota Batu"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel