Membaca

إقرأ لابدّ أن تقرأ # القراءة منهاج الحياة
(راغب السرجاني) 
"Bacalah, kamu harus membaca * membaca itu adalah jalan hidup"


***

Miris sekali, pada diri kita yang hidup di masa kini, kecanggihan teknologi yang amat canggih sekali, dan mudah untuk mengakses sesuatu sesuai yang kita ingini. Tapi sayang, banyak dari kita yang masih belum menyadari, kalau kemudahan teknologi, untuk dimanfaatkan yang jauh lebih manfaat lagi.  Misal, diakses untuk mencari informasi terkini, atau materi kuliah yang akan dipelajari, atau hal lain yang tidak dipahami.  Setidaknya belajar mandiri.  Apalagi seperti kondisi saat ini, masa pandemi. Sangat sayang sekali, jika hanya memanfaatkan gatget dengan sesuatu yang kurang berfaidah bagi diri ini.

Jauh lebih memprihatinkan lagi, saat melihat perpustakaan kampus, kabupaten atau kota yang minim penghuni. Meski ada, hanya memanfaatkan fasilitas yang berhubungan dengan handphone pribadi; Wi-Fi. Ya,  hanya menikmati keasyikannya sendiri. Seperti membuka twitter, instagram atau Fbi. Padahal, perpustakaan kampus atau kabupaten dibangun tinggi-tinggi, demi melengkapi kebutuhan mahasiswa dan mahasiswi yang ingin mencari refrensi. Pada kenyataannya? Hanya dibuat selfi, lalu diupload di instanstory. Kurang lebihnya, Bunyi captionnya seperti ini,  "Lagi baca-baca ini guys, seru sekali," dan ada yang seperti ini, "Guys, Perpustakaan di kampus kita besar dan tinggi, lift dan ekskalatornya, mahal-mahal lagi,  kapan kalian mau kesini? Ya, cari refrensi, masak mau selfi. Hihi".

Sedangkan, di perpustakaan, banyak ditempeli poster bacaan yang mengandung motivasi dan makna tersirat agar buku bacaan dijadikan sumber pengetahuan, pengalaman, dan juga kebiasaan, "Jika ingin mengenal dunia, maka membacalah. Jika ingin dikenal dunia, maka menulislah", "Membaca akan membuka jendela dunia", "Jangan hanya jadikan membaca sebagai hobimu, melainkan jadikanlah membaca sebagai kebiasaanmu", dan masih banyak lagi poster kata-kata mutiara yang serupa di dinding perpustakaan.

Selaras pula yang dikatakan seorang ahli hikmah di buku Nurus Sholehen yang berjudul "Jurnal Hidup" di dalamnya (buku) mengulas dan mengkritisi tentang aktivitas keseharian mahasiswa, dan juga civitas akademika.  Ahli hikmah tersebut berkata;

Buku adalah teman berbicara yang tidak mendahuluimu ketika engkau sedang bekerja, dan tidak memaksamu agar berdandan untuknya. Buku adalah teman duduk yang tidak menyanjungmu, sahabat yang tidak membujukmu, kawan yang tidak membosankanmu, dan penasehat yang tidak mencari kesalahanmu.

Dan saya juga masih ingat bunyi pesan Ustad Drs. Zainuddin Syarif, M.Ag. dulu, saat masih menjabat Kepala Sekolah Madrasah Aliyah (MA) Darul Ulum Banyuanyar (DUBA) atau Pascasarjana IAIN Madura;

"Bawalah buku, kemanapun kamu pergi meski tidak kamu baca. Karena buku yang kamu bawa itu,  nantinya seakan-akan bertanya; "Buat apa aku dibawa kalau tidak mau dibaca? " dan pada akhirnya, kamu ingin membacanya juga"

Kurang lebihnya seperti itu, yang beliau sampaikan dulu.

Ungkapan atau kata-kata mutiara diatas mengandung ajakan untuk kita agar menjadikan membaca itu bukan sebagai hobi melainkan kebiasaan.  Kebiasaan itu sulit sekali ditanam dalam kehidupan. Apalagi baru pertama kali melakukan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh pepatah barat, "All start is difficult" -- Semua permulaan pasti mengalami kesulitan". Tapi bukan berarti, tidak bisa kita dapatkan.  Semuanya pasti bisa dalam diri kita tanamkan, hanya saja butuh usaha yang sedikit melelahkan. Yaitu adalah perjuangan dan kesemangatan.

Mari kita jadikan membaca sebagai kebiasaan untuk meningkatkan daya pengetahuan.

Mungkin cukup demikian. Apabila ada kesalahan mohon dimaafkan.  Boleh juga memberikan komentar bersifat kritik dan saran (krisan).

Sekian... 😊


0 Response to "Membaca"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel