Merawat Kecerdasan Anak Sejak Usia Dini

"Setiap manusia terlahir membawa kecerdasan. Kecerdasan itu muncul tergantung pengalaman (empiris) yang menerpanya secara terus-menerus. Jika dengan pengalaman itu belum menemukan kecerdasan, bukan berarti manusia menemukan takdir bodoh." 
(Hadish au Qomaqol) 

***
Sumber ilustrasi: www.kumparan.com
 
All children are born geniuses, and we spend the first six years of their lives degeniusing them. 
(R. Buckminster Fuller)

***
Sekian banyak rahasia Allah yang tersimpan dalam diri seorang anak. Termasuk diantaranya adalah kecerdasan. Meski diatas menyatakan bahwa seorang anak terlahir membawa kecerdasan. Kecerdasan itu mesti kita cari dan lalu kita asah sejak usia masih dini. 

Masih ingatkah kita, atau pernahkah kita melihat/mendangar seorang anak bertanya hal aneh kepada orang tuanya yang pertanyaan itu tidak sepantasnya dimiliki seusianya? Seperti pertanyaan, "Ma, Allah itu siapa sih?", "Yah, Allah itu ada dimana?", "Kenapa kita harus shalat, Bi?", dan masih banyak lagi pertanyaan nyeleneh yang keluar dari lisan seorang anak. Hal itu sejatinya, bisa kita katakan bahwa seorang anak sudah mulai menampakkan kecerdasannya. 

Nah, ketika dia mulai tumbuh besar, pertanyaan kritis yang dimiliki seorang anak banyak saya temui tidak lagi sering diutarakan, bahkan tidak sama sekali. Sayangnya, saya belum menemukan jawaban tersebut hingga kini, kenapa anak yang dulunya saya rasa kritis dengan pertanyaan-pertanyaan di luar dugaan orang dewasa kini sudah tiada. Apa mungkin orang tua seringkali tidak menjawab apa yang diutarakan, sehingga seorang anak mengalami trauma. Akhirnya, kecerdasan, berfikir kritis, dan mentalitas seorang anak merosot. Jika itu benar adanya, maka sangat disayangkan sekali. 

Pesan tulisan ini, saya sampaikan bagi calon emak-emak atau yang sudah menjadi emak, juga bagi calon bapak-bapak atau yang sudah jadi bapak mari rawatlah anak usia dini, utamanya kecerdasan, dan sebagainya. Apalagi generasi emak-emak mulai dari sekarang berbekalah pengetahuan yang kental, semakin banyak kita menyantap pengetahuan baik dari buku maupun kitab, dan lainnya merasalah semakin merasa bodoh sebagaimana ulama'-ulama' terdahulu yang kian masyhur hingga kini karya-karyanya.  Karena kedekatan emosional anak dan emak sangat dekat sekali daripada bapak.  Tidak herankan, kita seringkali menumpahkan curhat ini-itu masih lewat emak bukan langsung ke bapak.  Orang tua yang lemah lembut adanya, penuh dengan kasih dan sayangnya adalah seorang emak.  Jadi, tidak heran Rasulullah saat ditanya seorang sahabat, beliau menjawab; "Emakmu, emakmu, emakmu,  dan lalu bapakmu" karena peran terbesar dalam keluarga sebenarnya ada pada diri emak.  


0 Response to "Merawat Kecerdasan Anak Sejak Usia Dini"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel