SERIBU KENANGAN, SEJUTA KEBAHAGIAN

        Seribu Kenangan, Sejuta Kebahagian
(Catatan Harian : Achmad Hendra Purnomo)
*Reuni SDN 1 Plakpak,  Pegantenan,  Pamekasan-Madura. 10 Juni 2018 M/Ke-25 Ramadan 1439 H*


                 
"Ayo, kita ngadain reuni,  temen-temen".
Kata-kata yang tak jarang aku temukan,  baik di group WA Alumni SDN Plakpak 1, di dunia nyata pun demikian. Reuni-reuni dan reuni yang selalu aku dengar. Sebenarnya, aku juga mengadakan hal serupa.  Gara-gara, temen-temen yang dari daerah jawa,  Madura,  dan sekolah lainnya, yang memamerkan poster atau brousurnya di media online maupun di trotoar jalan. Seakan-akan mereka  berkata: "Inilah disekolahku, reuni diadakan demi tak melupakan kawan dan alumni.  Mana disekolahmu?  Apakah kau tak lagi mengingatnya? ".

Memang sih,  itu hanya kata hatiku saja. Tapi kalau dipikir-pikir, ternyata mereka yang mengadakan agenda rutin tahunan, membawakan aroma positif.  Mengharumkan jiwa sekolah,  dan memperat tali silaturrahmi antar sesama.

Apalagi,  saat mereka bercerita dalam kelas sewaktu di pondok.  Wah....  Cerita yang amat seru,  saat mendengar "Berapa tahun tidak ketemu,  ternyata ada yang sukses,  kawin, punya anak,  dan sebagainyalah". Aku hanya nyimak saja,  jadi pendengar setia.  Kapan ya,  aku seperti mereka?.  Sudah 6 tahun aku lulus dari SDN Plakpak 1 tak pernah kumerasakan yang namanya reuni itu teralisasikan.  "Seperti kawan-kawanku sekarang, aku tak tahu mereka ada dimana", kata demikianlah yang selalu terlintas dipikiranku. Betapa rindunya diri ini kepada mereka. Sudah menjadi kengan dimasalalu yang dilukiskan oleh senyum mengkilat ala ke childish-an kami,  yang tak pernah terlupakan.  Moment yang pernah menangis,  tawa bersama,  dan sebagainya. Seakan-akan membuat aku begitu ingin sekali mengatakan kepada mereka "Ayo, kita ngadain reuni".
Seiring berjalannya waktu, sebuah kata  "alhamdulillah..." yang bisa aku katakan. Sebuah keinginan besar,  terciptanya sebuah harapan,  kesana-sini yang mendengar kata reuni. Kabar gembira yang membuahkan harapan besar nan nyata. Semuanya hilang begitu saja.  Gagal sudah.
Namun,  itu hanya berjarak satu tahun dari situ akhirnya, aku selesai pengabdian dari pondok yang diaebut-sebut guru tugas (GT)  dan ketepatan juga, selama bulan puasa tidak ada halangan ataupun agenda lainnya yang akan menjadi alasan " sibuk". Kabat gembira cukup beribu-ribu syukur,  kepada yang Maha Kuasa. Bahwa harapan nyata akan kembali terulang dan optimisme tak akan terjadi hal yang tak diinginkan.  Akhirnya,  beberapa oranv yang diusulkan untuk menjadi ketua atau bagian dari kepanitian yang lain.  Tak ada satupun yang siap.  Sebab banyaknya sesuatu yang menjadi kendala bagi mereka,  baik itu kampus,  dan kewajiban lainnya.  Sehingga,  aku lah yang diusulkan.  Mau tak mau,  aku harus menjalankan atas kesepakatan bersama dan demi teralisasikan moment yang satu ini.
Meski,  aku masih buta dalam pengalaman sebagai ketua dalam pelaksanaan reuni non-santri aku masih mempunyai temen-temen, seperti Nurul Hikmah yang aku jadikan Sekretaris, Yanti, Anis,  dan Inong sebagai pembatu kami dalam kepanitian lainnya.


Sibuk dan sibuk.  Itulah biasa,  cukup banyak aku belajar pengalaman sibuk dari Ikatan Santri dan Alumni Plakpak (INSAP) , FLP,  Majalah Al-Ikhwan,  OSIS dan lainnya.  So,  bagiku kata "sibik" bukanlah alasan bagiku untuk tifak melankutkan sebagai tanggungjawab dalam kepercayaan mereka, sebagai ketua.  Alhamdulillah begitu pula mereka.  Bahkan mereka jauh melebihi ketuanya dalam bidang kesemangatan,  padahal mereka sekretaris dan pembantu umum.  Sebab dukungan mereka,  kesemangatan mereka, aku pun bangkit dan mendueti kesemangaran mereka yang tak kenal panas,  haus,  lelah dan sebagainya yang bercampur aduk dalam diri ini.
Setapak demo setapak.  Seakan jarum jam merangkak lebih cepat dari sebelumnya, dan pada akhirnya undangan yang masih tinggal dua. Aku kasih kemereka pas malem harinya.  Semua kicauan-kicauan penuh kebahagiaan dari aku dan mereka untuk segera bertemu atau lebih simplenya acara reuni itu cepat untuk teralisasikan. Meski mengingat,  saat menagih uang yang dijemput,  undangan yang dihantarkan,  dan sebaginya.  Yang aku sangat aprisiasikan kepada tim kepanitaian yang tak akan aku lupakan.  Sampai kapanpun. Insyaallah....

Keesokan harinya,  mimpiku jadi nyata.  Bukan hanya aku saja,  dan juga mungkin bagi mereka. Terutama Iim saat kemalam harinya,  aku kerumahnya sewaktu menagih uang sumbangan,  "Huh!  Kayak apa ya,  mereka.  Ya,  udah 7 kita gac ketemu ya,  Hend? " aku hanya membalas senyum dan anggukan pelan "Iya.. " aku juga malu-malu sebenarnya, disampaingku ada ayahnya.  Sejatinya,  aku juga demikian.  Namun,  aku simpan rapat dalam hati.  Pas kumpul hari itu juga,  jam 16.00 WIB.  Sudah agak rampung.  Namun,  aku masih ngurus menu-menu makan yang sudah dipesan dan sebelumnya aku sempat menerima omelan Nurul.  Sebab tak mengikuti akan kemauannya. Tapi,  sudahlah aku anggap itu hanya masukan supaya aku lebih semangat dan pervaya diri.  Sebab alasanku tak mau mendengarkan, karena mempunyai alasan yang menurutki lebih menguatkan.

1 Response to "SERIBU KENANGAN, SEJUTA KEBAHAGIAN"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel